Senin, 13 April 2009

Paradigma Investasi

A.Definisi Investasi

Apa yang membuat Anda mau sibuk bekerja setiap hari? Apakah hanya untuk kesenangan belaka? Apakah agar supaya Anda bisa tetap hidup? Atau, apakah Anda memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai? Ya, tujuan.

Anda mungkin ingin menyekolahkan anak Anda setinggi mungkin. Anda mungkin ingin bisa pensiun dalam waktu lima belas tahun mendatang. Anda mungkin ingin pergi berlibur di akhir tahun, membeli rumah dalam waktu dua tahun mendatang, membeli kendaraan di tahun depan, dan seterusnya.



Dalam kenyataannya, tidak semua orang bisa mencapai tujuan-tujuan yang sudah dia tetapkan. Ada kalanya beberapa tujuan tidak bisa dicapai. Contoh yang paling sering terjadi adalah pendidikan anak. Kadang-kadang, seorang anak tidak selalu bisa kuliah di perguruan tinggi yang dia inginkan, hanya karena orang tuanya tidak mampu membiayai. Ada kalanya seseorang juga terpaksa harus terus bekerja sampai tua di saat seharusnya ia sudah bisa santai menimang cucu. Ada juga orang yang tidak pernah bisa membeli rumah baru karena penghasilannya dirasa tidak pernah bisa mencukupi.

Salah satu penyebab terjadinya hal-hal seperti itu adalah karena banyak orang yang hanya sekedar memiliki tujuan, tapi tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Itulah sebabnya, seseorang tidak hanya memerlukan sebuah tujuan. Ia juga memerlukan sebuah cara tentang bagaimana ia bisa mencapai tujuan itu.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan untuk mengapai tujuan diatas:
~ Menabung
Menabung adalah investasi jangka panjang untuk kelangsungan hidup Anda dan keluarga, dan tentukan target yang realistis dalam menentukan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama.

~ Asuransi
Untuk proteksi Anda sekeluarga, asuransi kesehatan merupakan hal yang wajib. Anda harus ingat, sebanyak apapun dana pensiun yang Anda miliki belum tentu dapat menutupi kebutuhan pengeluaran kesehatan yang jumlahnya tak sedikit. Oleh karena itu asuransikanalah kesehatan Anda dan keluarga.
~ Investasi
Apapun bentuknya, investasi dapat menjadi solusi untuk kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, putarlah uang yang Anda miliki sekarang agar terus berputar dan tidak akan habis.

Dari ketiga hal diatas, Investasi lebih banyak dipilih untuk mengatur serta meningkatkan likuiditas keuangan keluarga. Tujuan dari investasi cukup jelas: sebuah keuntungan. Entah hanya beberapa persen dalam satu tahunnya atau bahkan puluhan hingga ratusan persen setahun. Namun tujuan utama dari investasi adalah keuntungan. Jika keuntungan tidak tercapai maka investasi dikatakan gagal.

Banyak bisnis yang dapat dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, tentu semuanya bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kemudian hari. Orang membeli sebidang tanah dengan harapan nantinya harga tanah tersebut menjadi lebih mahal. Orang menyimpan uangnya di bank dengan harapan mendapatkan bunga dari simpanannya itu. Secara umum, semua tindakan di atas dapat dikategorikan sebagai tindakan investasi.

Bagi masyarakat modern, kata investasi tentu tidak asing lagi. Bisa jadi setiap hari kita mendengar kata itu. Sebab, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tidak bersedia membiarkan asetnya menjadi tidak berkembang dan untuk mengembangkan aset tersebutlah maka diperlukan investasi. Bagi sebagian masyarakat lainnya, barangkali telah melakukan investasi tetapi tidak menyadari¬nya, seperti para petani dan peternak di pedesaan.

Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan investasi tersebut? Banyak pakar yang telah merumuskan definisi investasi ini. Sharpe et all (1993), misalnya, merumuskan investasi dengan pengertian berikut: mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna menda¬patkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Sedang Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang.

Definisi yang lebih lengkap diberikan oleh Reilly dan Brown, yang mengatakan bahwa investasi adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengor¬banan investor berupa:

1. Keterikatan aset pada waktu tertentu
2. Tingkat inflasi
3. Ketidaktentuan penghasilan pada masa men¬datang.

Dari definisi yang disampaikan ketiga pakar investasi tersebut kita bisa menarik pengertian investasi, bahwa untuk bisa melakukan suatu investasi harus ada unsur ketersediaan dana (aset) pada saat sekarang, kemudian komitmen mengikatkan dana tersebut pada obyek investasi (bisa tunggal atau portofolio) untuk beberapa pe¬riode (untuk jangka panjang lebih dari satu tahun) di masa menda¬tang. Selanjutnya, setelah periode yang diinginkan tersebut tercapai (jatuh tempo) barulah investor bisa mendapatkan kembali asetnya, tentu saja dalam jumlah yang lebih besar, guna mengkompensasi pengorbanan investor seperti yang diungkapkan Reilly dan Brown.


B. Resiko Investasi
Namun demikian, apakah dengan demikian semua investasi memberikan keuntungan? Tentu saja tidak. Kenyataannya kita tidak sedang berada di area hitam putih dimana semuanya terlihat jelas seperti teori yang diajarkan di buku. Kita lebih berada di dunia yang abu-abu dimana seringkali faktor eksternal dapat menyebabkan guncangan-guncangan dalam investasi kita.

“Beranikah kita mengambil risiko dalam berinvestasi?” Pertanyaan ini mungkin sering terlontar bila Anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan Anda punya uang Rp 25 juta, dan Anda bingung apakah akan menaruhnya di bank atau di tempat lain. Kalau ditaruh di bank, Anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi di tempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga ini kadang-kadang menakutkan Anda.

Sebuah investasi pasti ada risikonya. Pada umumnya ada tiga (3) resiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka berinvestasi yaitu :

1. Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah “Apakah uang kita akan hilang?” Kebanyakan orang mungkin menjawab “tidak” kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya resiko pasti ada dalam setiap investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, ada yang kecil. Yang jelas, satu hal yang paling ditakuti orang, sekali lagi adalah: “Apakah uang kita akan hilang?”

Kalau sekarang Anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen? 30 persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, kan?

2. Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
Risiko kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan di lemari, maka kondisi fisik dari kertas uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing Anda bila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.

Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak selalu mudah dijual kembali karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.

Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi Anda bisa dijual kembali. Jangan sampai Anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit dijual.


3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Bayangkan kalau Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, tetapi karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.

Iya dong, beberapa dari Anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami dari tahun ke tahun, maka Anda akan bangkrut.

Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin Anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar